Apa itu Sere Bissu?
Sere Bissu merupakan suatu gerak tari yang dilakukan oleh kelompok Bissu atau Komunitas Bissu dalam acara ritual tertentu.
Bagaimana sejarah awal munculnya Sere Bissu Maggiri di Kabupaten Bone?
Kehadiran Bissu sendiri sudah ada sejak sebelum Raja Bone Pertama yaitu La Ubbi Manurunge ri Matajang dan seiring perkembangan, mereka melakukan ritual untuk Ma` Dewata dan pada Pemerintahan Raja Bone Ke-2 yaitu La Ummasa Petta Panre Bessie, ritual ini mulai diperkenalkan.
Apa peran Kerajaan Bone dalam pengembangan tari Sere Bissu Maggiri?
Pada masa Kerajaan, Sere Bissu bukan merupakan pertunjukan tari tapi sebagai ritual keagamaan, sebagai bentuk permohonan kepada Dewata Seuwae (Allah Yang Maha Kuasa), kepada penduduk bumi, raja, masyarakat serta hal-hal lain yang berhubungan dengan dunia maya. Sere Bissu ini dilaksanakan sebagai rangkaian ritual adat misalnya pada saat pelantikan raja-raja atau gelar Mangkau serta penjemputan para tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dimuliakan di kerajaan Bone atau di kerajaan masa lampau.
Apa yang dimaksud dengan tari Maggiri dalam konteks Sere Bissu?
Sere Maggiri merupakan prosesi akhir dalam rangkaian Sere Bissu, dimana empat prosesi sebelumnya adalah; Sere Alusu`, Sere Mapabbitte, Sere Bibbi`, dan Sere Mangkok. Sere Maggiri ini melambangkan pengabdian dan penyerahan diri kepada Dewata Seuwae.
Bisa dijelaskan makna dari gerakan menusuk-nusukkan keris ke tubuh Bissu dalam tari Maggiri?
Maggiri Mata maknanya seorang Bissu tidak boleh memandang rendah seseorang, harus menghargai sesama, harus selalu mengingat bahwa dunia ini diciptakan oleh Sang Pencipta
Sere Eda maknanya sebagai pengabdian yang menyatakan penyerahan diri seorang Bissu kepada Sang Pencipta. Dilambangkan dengan bagian pernafasan mulai dari hidung/mulut, paru-paru, hingga ke otak, yang menunjukkan jalur darah yang mengalir di tubuh manusia.
Apa keunikan tari Sere Bissu Maggiri dibandingkan dengan tarian tradisional lainnya?
Sere Bissu diperagakan oleh Bissu yang merupakan laki-laki yang berperawakan wanita selain itu keunikan lainnya adalah mantra-mantra yang diucapkan dan gerakan-gerakannya memiliki nilai-nilai filosofi tertentu.
Bagaimana proses seorang bissu dipercaya menjadi penghubung antara dewa dan manusia?
Bissu adalah kelompok waria (calabai) tapi tidak semua calabai adalah Bissu. Mereka mendapat Pamase (semacam wahyu) dan tidak memilih untuk menjadi seorang Bissu melainkan dipilih atau diutus oleh dewata melalui Sumange (penyatuan antara jiwa dan raga). Biasanya calon Bissu mendapatkan tanda dari mimpi. Tanda berupa mimpi tersebut ialah “panggilan” dari yang maha kuasa. Apabila tidak “dipilih” oleh yang maha kuasa, maka seseorang tidak akan pernah menjadi Bissu. Setelah itu, apabila dia serius atau benar-benar ingin menjadi Bissu maka proses selanjutnya ialah masa “magang” atau belajar. Dia lalu belajar dan dibimbing oleh seorang Bissu pembimbing di rumah adat.
Dalam acara-acara apa saja tari Sere Bissu biasanya dipentaskan?
Pada zaman dahulu Sere Bissu hanya dipentaskan di istana kerajaan untuk pelantikan raja karena tanpa Sere Bissu ini pelantikan raja dianggap tidak sah. Mengikuti perkembangan zaman, saat ini, Sere Bissu ditampilkan ketika acara-acara protokoler (menyambut tamu pemerintahan), peringatan ulang tahun pemerintah kabupaten, acara pesta perkawinan, pelantikan, peresmian gedung serta acara-acara besar lainnya. Tujuannya agar para tamu mengenal budaya atau tradisi setempat dimana Bissu menjadi bagian penting di dalamnya.
Bisa dijelaskan lebih detail tentang ritual awal sebelum Bissu memulai tarian?
Tiga hari sebelum melakukan pertunjukan, Bissu harus menyucikan diri. Bissu melaksanakan Mappatinro Dewata yaitu melakukan puasa mutih dengan berdiam menyucikan jiwanya dan memfokuskan diri pada pelaksanaan acara nantinya. Ritualnya antara lain adalah melakukan Marako Otang, Maduppa (semacam pedupaan), melakukan Sere (tarian) berputar seperti air.
Ritual ini dilaksanakan agar terhindar dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi dan supaya terkabulnya doa-doa yang dipanjatkan nantinya. Adapun pelaksanaan ritual ini dilakukan di beberapa waktu, yaitu; Matenga Bengi (antara Isya dan Tahajud), Madeniari (antara Subuh dan Dhuha), Matengaso (waktu Dzuhur), Malebukeso (waktu maghrib)
Apa makna dari gerakan menghormat yang dilakukan bissu kepada empat inti alam (air, angin, api, dan tanah)?
Hal ini merujuk pada proses kejadian manusia yang terdiri atas empat unsur, yaitu: tanah, api, angin, dan air. Sebagai seorang Bissu harus memahami dan menghargai akan makna yang ada di dalam tubuh manusia.
Bagaimana Anda melihat perkembangan tari Sere Bissu Maggiri di era modern ini?
Hal ini merupakan prospek positif dari Sere Bissu itu sendiri. Sere Bissu terbuka dalam hal kebebasan kreasi dan modifikasi sejalan dengan modernisasi saat ini yang tentunya dengan tidak terlalu jauh mengambil banyak budaya lain.
Apa upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan tari Sere Bissu Maggiri?
Pemerintah Daerah selalu berupaya untuk selalu mengikutsertakan Sere Bissu di acara-acara peringatan. Hal lainnya juga berupa diterbitkannya brosur-brosur dan buku panduan untuk mempromosikan Sere Bissu sebagai salah satu budaya dan tradisi yang ada di Kabupaten Bone.
Bagaimana respon masyarakat dan generasi muda terhadap tari Sere Bissu saat ini? Hingga saat ini umumnya respon yang didapat cukup baik. Hal ini dapat dilihat dengan animo masyarakat untuk menyaksikan Sere Bissu hingga banyak panitia acara yang sengaja menempatkan Sere Bissu sebagai atraksi pamungkas supaya pengunjung menyaksikan keseluruhan acara.
Narasumber: Samsul Bahri (Puang Matoa Ancu)