Selendang Mudawaroh merupakan seni hiasan tangan sulaman kelengkang. Kelengkang merupakan benang dasar untuk pembuatan Selendang Mudawaroh berwarna emas dan perak. Seni hiasan tangan ini sudah ada pada awal abad ke 14 masehi saat Tanah Melayu terkenal sebagai pusat perdagangan. Pada masa itu tekstil dari India dan China yang berhias sulaman telah mempengaruhi perkembangan sulaman kelengkang di dunia Melayu. Kemudian tekstil ini dikelompokan sebagai seni seni Sriwijaya-Majapahit hingga tersebar di seluruh Melayu. Bahan dagangan tekstil ini yang akhirnya mengalir ke selatan wilayah Melayu terutama Palembang. Selendang Mudawaroh menjadi seni hiasan tangan yang diturunkan oleh golongan wanita kerabat diraja Palembang. Terutama di zaman Kesultanan Muhammad Badaruddin Jaya Wikromo atau Sultan Badaruddin I tahun 1742-1758. Wanita Istana di sana sudah mempelajari seni sulaman kalengkang sejak kanak-kanak. Seni ini meambangkan kecantikan sifat seorang wanita yang menghasilkannya seperti kesabaran, ketelitian, ketekunan dan kreatifitas mereka dalam melakukan suatu kegiatan. Selendang Mudawaroh masih terus dipertahankan dengan cara dipakai di kepala wanita untuk acara-acara besar, seperti hatam Al-Quran, akad nikah dan pulang dari haji. Selendang Mudawaroh berbentuk segi empat dengan ukuran 1,20 cm. Proses pembuatan Selendang Mudawaroh dimulai dengan pembuatan/penyepuhan benang emas. Kemudian proses penyulaman dimulai. Motif Selendang Muzawaroh didominasi dengan motif nanas, matahari dan tumbuh-tumbuhan.