Gudheg Manggar ini berbeda dengan Gudheg pada umumnya yang berbahan baku nangka, Gudheg Manggar adalah Gudheg yang berbahan baku bunga kelapa yang masih muda. Gudheg Manggar memiliki rasa khas, lebih gurih dan padat. Gudheg Manggar menjadi kuliner langka karena bahan bakunya tidak mudah untuk didapatkan. Saat ini hanya beberapa daerah yang masih menyediakan Gudheg Manggar, salah satunya ada di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.
Gudheg Manggar merupakan salah satu makanan warisan budaya yang saat ini sedikit sulit untuk ditemukan, oleh karena itu dibutuhkan sebuah dokumentasi lanjutan dari studi yang pernah ada tentang Gudheg Manggar. Serta dibutuhkan suatu bentuk pengakuan secara resmi baik dari Pemerintah Indonesia maupun internasional berupa hak paten atau Indikasi Geografis dari Bantul yang tidak bisa diakui oleh pihak lain dan dapat di lestarikan keberadaanya sebagai warisan budaya tak benda. Hal ini menjadi menjadi dasar untuk melakukan kajian Gudheg Manggar, agar tetap lestari dan memiliki dokumen fisik sebagai dasar penetapan makanan asli Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Gudheg Manggar juga sudah menjadi makanan turun temurun di wilayah Bantul khususnya Kecamatan Pajangan, karena asal usul Gudheg Manggar ini berasal dari wilayah tersebut. Keberadaan Gudheg Manggar sangat erat kaitannya pada masa pemerintahan Ki Ageng Mangir yang mana pencetus pertamanya yaitu istri beliau Putri Pemayun sekitar 500 tahun yang lalu.
Asal usul Gudheg Manggar ini berkaitan dengan sejarah di wilayah Mangir dahulu kala, dikarenakan wilayah Mangir kala itu terdapat banyak pohon kelapa yang menjadi mata pencarian utama masyarakatnya. Gudheg Manggar sendiri berasal dari pengolahan mayang atau bunga kelapa muda yang dimasak seperti gudheg pada umumnya, namun yang berbeda disini ialah waktu memasak dan rasa yang dihasilkan. Hasil dari gudheg ini sangat khas dan memiliki cita rasa yang berbeda dari gudheg dari nangka karena banyak yang menyatakan bahwa Gudheg Manggar ini memiliki khasiat sebagai makanan kecantikan karena hasil dari minyak kelapa tersebut yang dapat membuat awet muda.
Bahan baku gudheg manggar adalah kembang muda pohon kelapa. Cara memilih saat memetiknya juga perlu pengalaman yang dipenuhi “ngelmu titen” agar mendapatkan bahan manggar yang “gemudheg” (layak dimasak gudeg). Tidak terlalu muda atau sudah lewat waktu (keras). Manggar muda berada dalam lindungan mancung, kelopak penutup, sehingga tingkat “gemudheg” harus berbasis “ngelmu titen). Mancung tidak menjadi bagian yang dimasak. Manggar berupa pokok batang dengan rentetan jurai-jurai calon tangkai buah kelapa (kecer), dalam jumlah berumbai banyak dan sering sudah memperlihatkan bintik kecil calon blulug. Batang muda dan kecer-kecer muda itulah yang menjadi bahan baku gudheg manggar. Mangga dipangkas pada pangkal mancung. Diturunkan sebisa mungkin tidak dengan dijatuhkan melainkan dibawa turun oleh pemanjatnya. Dari sisi mendapatkan bahan utamanya pun memerlukan proses naik turun pohon kelapa. Belum lagi, tidak semua pemilik pohon kelapa punya kerelaan diambil manggarnya karena menyangkut kelangsungan produksi buah kelapa.
Tekstur Gudheg Manggar yang asli sesuai dengan pendapat oleh para sesepuh Mangir yaitu bunga mayang atau manggar yang sudah menjadi Gudheg tidak rusak bentuknya, jadi masih terlihat bentuk aslinya manggar dan masih menempel pada tangkainya sehingga terlihat menarik. Tekstur Gudheg Manggar lumayan empuk dan lembek ketika diambil dengan sendok. Warna yang baik dari Gudheg Manggar sesuai dengan pendapat sesepuh Mangir yaitu memiliki warna coklat kemerahan seperti warna daging sapi segar. Warna dari Gudheg Manggar ini merupakan warna alami tanpa bahan pewarna karena efek dari daun jati sebelumnya. Aroma dari Gudheg Manggar ini sangat menggoda karena adanya tambahan laos dalam proses memasaknya. Untuk rasanya, Gudheg Manggar memiliki rasa manis gurih karena sesuai dengan lidah orang-orang yang tinggal di Mangir ketika itu yang sangat suka dengan rasa manis dan gurih.
Gudheg Manggar standar, dirakit dengan kelengkapan penguat gudheg seperti: ingkung ayam utuh, ayam rebus gurih potong-suwir, telur (bebek) terik padet matang coklat, sambal kerecek (kulit), sambal goreng, tahu atau tempe, dan saja cabet rawit utuh. Tentu, dengan siraman kuah santan kental (areh) nan gurih, dan bukan taburan blondo karena Gudheg Manggar cenderung tergolong jenis gudheg basah.