Kontes Sapi Sonok Madura dimulai pada tahun 1960-an. Kegiatan ini tidak terlepas dari kultur agraris masyarakat Madura dalam pengelolaan lahan pertanian. Sapi Sonok sendiri merupakan jenis karapan sapi juga, akan tetapi untuk sapi berjenis kelamin betina dan yang dilombakan adalah keindahan sapi saat berjalan dan berpakaian.
Sapi Sonok pertama kali dicetuskan oleh warga Batu Kerbui pesisir utara Pamekasan. Dalam sejarahnya setiap kali selesai bekerja membajak ladang, para petani biasanya memandikan sapinya itu. Setelah dimandikan maka sepasang sapi itu didiamkan ke satu tiang ""tancek'. Kebiasaan itu juga dilakukan oleh petani lain dalam satu petak tanah tegal, sehingga tampak ramai.
Dalam perkembangannya, kemudian muncul pemikiran dari para petani untuk memilih dan melombakan sapi yang paling bersih dan rapi berdiri. Pasangan sapi itu juga kemudian didandani dengan asesoris yang indah. Kemudian dari sinilah tradisi sapi sonok itu muncul, yang pada akhirnya menjadi sebuah budaya masyarakat Pamekasan dan Madura pada umumnya. Sapi sonok dalam perkembangannya bukan hanya menjadi perekat hubungan sosial, namun juga memiliki makna budaya dan teknologi. Bagi Kabupaten Pamekasan sapi sonok telah menjadi kebanggan tersendiri. Bupati Pamekasan telah mendapatkan penghargaan sebagai bupati yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pelestarian budaya karena komitmennya untuk melestarikan sapi sonok ini.