Ngobeng ada tradisi menghidangkan makanan dalam kegiatan adat Palembang seperti dalam acara pernikahan, khitanan, syukuran dan perayaan hari-hari keagamaan. Tradisi ini sudah ada sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam dan merupakan tradisi Islam yang telah terasimilasi dengan budaya lokal. Tradisi Islam yakni makan bersama menggunakan tangan secara langsung sambil duduk bersila sesuai sunnah Nabi Muhammad. Hidangan yang disajikan dalam ngobeng disusun berdiri secara shaf yang kemudian dibagikan secara bergantian ke tempat makan pada acara yang bersangkutan. Cara ini bertujuan untuk mempercepat kedatangan makanan di tempat acara dan meringankan beban pembawa makanan. Satu hidangan dalam ngobeng ditunjukkan untuk delapan orang agar hadirin tetap menjangkau sajian yang telah dihidangkan. Sajian makanan dalam ngobeng, terdiri dari iwak (lauk), pulur (sayur, sambal, dan buah-buahan), dan nasi putih atau nasi minyak. Seiring waktu tradisi ini tergantikan dengan makan prasmanan.