Lintang: -8.2238883
Bujur: 111.8246767
Sejarah Prasasti Lawadan :
Prasasti Lawadan dulunya merupakan suatu penghargaan dari raja Daha terakhir, yaitu Paduka Sri Maharaja Sarwweswara Triwikrama Watara Nindita Srengga Lancana Digjaya Tungga Dewanama atau lebih dikenal dengan sebutan Sri Kertajaya atau Raja Kertajaya yang waktu itu berkenan atas kesetiaan warga Thani Lawadan terhadap raja ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha. Prasasti Lawadan bertarikh Saka 1127. Prasasti ini menginformasikan mengenai pemberian status kaswatantran atau perdikan (sima) kepada duwan di desa Lawadan, yang berisi pembebasan dari berbagai pungutan pajak dan penerimaan berbagai hak istimewa
Deskripsi:
Prasasti Lawadan terbuat dari Batu Andesit dengan ukuran tingginya mencapai 152 cm dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 76 cm, dan memiliki ketebalan 28 cm.
Secara fisik, Prasasti Lawadan berbentuk lempeng batu besar, dengan bentuk akolade pada bagian atas. Di bagian bawah terdapat tonjolan persegi selebar 30 cm yang diduga semacam “pasakyang ditancapkan pada batu pasangan di bawahnya. Sedangkan dalam prasasti Lawadan sendiri memakai jenis aksara Jawa Kuno periode Jawa Timur awal.
Kondisi aksara/huruf pada prasasti sudah banyak yang kabur dikarenakan kondisinya yang sudah aus. Berdasarkan pengamatan yang ada, terlihat pahatan hurufnya cukup rapi. Huruf terpahat pada batu prasasti membentuk pahatan ke dalam. Ukuran rata-rata huruf sekitar 1 cm dan kelebaran huruf yang paling lebar sekitar 1,5 cm. Jumlah baris pada bagian depan prasati sebanyak 30 baris, sedangkan pada bagian belakang terdapat sebanyak 28 baris. Lancana yang ada pada prasasti sudah tidak terlihat lagi karena batu prasasti sudah aus, tapi masih terlihat lokasi penggambaran lencananya, yaitu berupa bulatan dengan diameter sekitar 25 cm secara vertikal dan 29 cm secara horizontal.