Lintang: .0000000
Bujur: .0000000
Bangunan Electrische Centrale atau Sentral Listrik Kubang Siarakuak berada dipinggir Sungai
Lunto tepatdi ujung jembatan Kereta Api dekat Pasar Sawahlunto. PLTU pertama di
Sawahlunto ini dibangun dalam rentang tahun 19-4-19-5 Pembangkit Listrik (Electriciteits
Centrale) ini generatornya digerakkan oleh tenaga uap. Pada mulanya pembangkit listrik itu
dipasang mesin berkekuatan 1.--- HP. Karena kebutuhan listrik yang terus meningkat, daya
yang tersedia tidak lagi mencukupi listrik berbagai peralatan dan mesin pertambangan,
penerangan kota, gedung, kantor dan rumah di Sawahlunto. Untuk itu kekuatan mesin
ditingkatkan menjadi 15-- HP. Kemudian dinaikan lagi mesin dengan kekuatan 3--- HP.
Perkembangan kapasitas mesin dan daya yang dihasilkan menjadikannya sebagai pembangkit
listrik terbesar di Hindia Belanda ketika itu. Tegangan yang dihasilkan oleh mesin tersebut
mencapai 6--- volt. Listrik ditransfer ke stasiun transformator melalui pipa dan kabel bawah
tanah. Transformator dipasang dan ditempatkan dekat daya yang dibutuhkan. Tegangan tinggi
6--- volt akan dikonversi ke yang lebih rendah misalnya 22- volt dan 125 volt Beberapa
tahun setelah Indonesia merdeka, ditahun 1952 atas kesepakatan berbagai pihak diatas tapak
bangunan Sentral Listrik itu didirikan sarana ibadah umat muslim Kota Sawahlunto. Sebuah
mesjid kota didirikan dengan nama Mesjid Agung Nurul Islam. Sementara basementnya di
tutup tanpa ditimbun dan menara cerobong asap PLTU dijadikan menara mesjid.
Bangunan ini merupakan bekas PLTU pertama di Sawahlunto yang dibangun oleh Perusahaan
Tambang Batu Bara Ombilin pada rentang tahun 1894-1898. Pada tahun 1924 PLTU ini
dipindahkan ke Salak. Pada masa awal kemerdekaan Sentral listrik ini dijadikan pabrik
perakitan senjata oleh pejuang Sawahlunto. Pada tahun 1952 atas kesepakatan berbagai pihak
diatas tapak bangunan sentral listrik itu dibangun sebuah masjid. Masjid itu diberi nama
masjid Agung Nurul Islam.