Lintang: -7.7677030
Bujur: 110.3785970
Universitas Gajah Mada merupakan universitas tertua di Indonesia. Pendirian lembaga pendidikan tinggi itu didasarkan pada pemikiran perlunya didirikan sebuah universitas nasional milik Bangsa Indonesia. Pada tanggal 24 Januari 1946, dengan dipelopori oleh Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Dr. Prijono, dan Mr. Soenarjo, maka diadakan pertemuan yang membahas tentang rencana pembentukan badan penyelenggaraan pendidikan tinggi di Yogyakarta. Pertemuan itu dilaksanakan di gedung sekolah SMT Kotabaru Yogyakarta. Hasil keputusan dari pertemuan itu adalah akan dibentuk universitas nasional yang dikelola oleh sebuah yayasan swasta. Selanjutnya, dibentuklah sebuah panitia besar yang beranggotakan 32 orang yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara. Selain itu juga dibentuk panitia kecil dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan. Panitia kecil tersebut terdiri dari beberapa elit nasional dan lokal, misalnya Ki Hajar Dewantara, Mr. Soenarjo, Darmosopoetro, Abutari, B.P.H. Bintoro, Boediarto, Farid Ma’roef, Marsito, Prijono, Rooseno, Soekiman, K.R.T. Notojoedo, K.P.H Nototaroeno, dan Sajid Mangoenjoedo. Setelah melakukan rapat berulang kali, panitia tersebut akhirnya memutuskan untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada. Selain dua panitia yang telah disebutkan sebelumnya, para pemrakarsa tersebut juga membentuk anggota wakaf yang diketuai oleh Boediarto serta Dewan Kurator, dengan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai ketua dan Ki Hajar Dewantara sebagai wakil ketuanya. Universitas Gadjah Mada diresmikan pada tanggal 19 Desember 1949. Universitas tersebut dinilai telah berkembang dengan baik sejak didirikan. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah mahasiswa yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir bulan Agustus 1952, tercatat 3.439 mahasiswa yang menempuh pendidikan di universitas tersebut. Dari jumlah tersebut, 1.812 orang diantaranya adalah mahasiswa baru. Bertambahnya jumlah siswa harus diimbangi pula dengan sarana dan prasarana gedung perkuliahan, laboratorium, serta perpustakaan terpadu yang memadai. Guna memenuhi kebutuhan universitas, maka dibangunlah gedung baru serta membentuk kompleks kampus yang terpadu. Pada awalnya, UGM belum mempunyai gedung sendiri sehingga kegiatan belajar dilakukan di tempat terpisah. Pada masa itu kegiatan belajar dikelompokkan menjadi 4 (empat) tempat yang masing-masing memiliki identitas sesuai dengan daerahnya. Seluruh kegiatan administrasi berpusat di Pagelaran Kraton Yogyakarta, sedangkan kegiatan perkuliahan diselenggarakan di sekitar tembok keraton. Pemerintah RI yang pada waktu itu masih berkedudukan di Yogyakarta berencana untuk membangun gedung di Bulaksumur yang diperkirakan dapat menampung hingga 1-.--- mahasiswa. Perayaan dies natalis pertama UGM tanggal 19 Desember 195- dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Moh. Hatta. Saat itu Moh. Hatta mendiskusikan rencana pembangunan gedung baru dengan ketua Dewan Kurator dan Dewan Pengurus Senat. Hasil dari pembicaraan tersebut tercantum dalam surat Wakil Presiden tanggal 3- Desember 195- yang isinya adalah bahwa UGM akan memperoleh uang sebesar Rp. 15.---.---,--. Uang itu akan digunakan untuk membeli tanah serta persiapan pembangunan gedung baru. Sebagai persiapan awal, maka dibentuklah panitia gabungan yang terdiri dari berbagai perwakilan. Panitia gabungan yang bertugas untuk membeli tanah tersebut diketuai oleh K.R.T Honggowongso yang merupakan perwakilan dari pemerintah daerah, Prof. Ir. Wreksohadiningrat dari Universitet Negeri Gadjah Mada, Mr. Imam Koes Soetikno dari Pengadilan Negeri, KRT Prawiraningrat dari Kabupaten Sleman, KRT Wiroboemi dari Kantor Urusan Tanah, R. Soeroso dari Djawatan Gedung, R. Prodjo Sindoero dari Kota Besar Jogjakarta, Sadji Sastrosasmito dari Petani, Soemarto dari BTI, Soedarmo dari S.T.II, dan KRT Mertosono dari Djawatan Pekerjaan Umum Daerah. Dalam anggaran belanja tahun 1951, panitia dapat mengumpulkan dana sebanyak Rp 5.---.---,-- yang akan digunakan untuk membeli tanah. Pada waktu itu telah ditentukan bahwa tanah yang akan dibeli adalah seluas 1-- ha, namun panitia baru dapat membeli seluas 85 ha. Persiapan teknis pembangunan gedung diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Jawatan Gedung-Gedung. Kedua instansi ini kemudian mengangkat Insinyur Praktik Soetardjo dan Insinyur Praktik Hadinegoro untuk merancang serta membuat gambar gedung baru UGM. Keduanya kemudian mendapat bantuan dari Prof. Poerbodiningrat, perwakilan dari Kantor Planologi, dan Insinyur Praktik Djojosoegardo. Bantuan itu merupakan perwujudan dari bantuan Yayasan Guna Dharma yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Peletakan batu pertama pembangunan gedung baru UGM dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 19 Desember 1951. Bangunan baru itu kemudian dikenal sebagai Gedung Pusat UGM. Bersamaan dengan dibangunnya Gedung Pusat di Bulaksumur, di kawasan Sekip juga dibangun beberapa bangunan baru. Bahkan beberapa bangunannya dapat diselesaikan lebih awal daripada Gedung Pusat UGM sehingga ada fakultas yang sudah dapat diaktifkan pada tahun 1956. Gedung Pusat UGM diresmikan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 19 Desember 1959. Dengan selesainya pembangunan gedung pusat dan beberapa gedung lainnya, maka secara berangsur-angsur kegiatan belajar mengajar serta administratif UGM mulai pindah ke Bulaksumur. Konsep tata ruang Gedung Pusat UGM yang menghadap ke utara dan menghadap langsung ke Gunung Merapi didasarkan pada landasan filosofi pemeluk agama Hindu Bali, yaitu Tri Hitta Karana. Dengan merujuk pada konsep itu, maka dalam setiap satuan pemukiman dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah mintakat utama yang terletak di bagian utara (kepala) dan merupakan tempat suci (parahyangan). Bagian tengah disebut sebagai tubuh (body) dan disebut pawongan yang merupakan bangunan tempat tinggal. Bagian paling hilir atau selatan sebagai kaki (leg) disebut sebagai palemahan yang difungsikan sebagai halaman dan ruang terbuka (open space). Namun agar tidak terkesan membelakangi Keraton Yogyakarta, maka concourse (jalan utama) ke Gedung Pusat UGM dibuat di sebelah selatan yang kemudian dikenal dengan nama Boulevard Kampus UGM.