Lintang: -7.7858619
Bujur: 110.4981307
Agastya adalah resi (rishi) yang di dalam beberapa sumber sebagai salah satu dari kelompok saptaresi. Tugasnnya adalah menyebarkan agama Hindu ke arah selatan (dari India) termasuk ke Semenanjung Malaka dan Indonesia. Karena jasa besarnya dalam menyebarkan agama Siwa itu maka Agastya didudukkan sebagai representasi Siwa, bahkan selanjutnya dianggap sebagai salah satu aspek Siwa. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri Agastya yang menggunakan atribut Siwa, mulai dari jatamakuta, aksamala, camara, kamandalu hingga trisula. Ciri resi Agastya dapat dilihat pada penggambarannya sebagai orang tua yang berkumis dan berjenggot lebat juga pada perutnya yang buncit (tundila). Arca Agastya hampir selalu hadir di candi Hindu yang diperuntukkan bagi pemujaan terhadap Siwa. Menurut Poerbatjaraka dalam bukunya yang berjudul “Agastya di Nusantara”, peran Agastya semula sebagai penjaga pintu kahyangan Siwa selanjutnya mengalami perubahan status menjadi dewa yang dipuja secara mandiri. Berdasarkan perbandingan dengan tinggalan cagar budaya masa klasik/Hindu di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, maka keberadaan Arca Agastya (Arca Gupolo) di Groyokan kemungkinan berasal pada abad ke 9. Meskipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut, pendapat para sarjana Belanda yang mengatakan bahwa Agastya adalah tokoh historis seorang brahmana yang datang dari India dan menetap di wilayah Jawa Tengah. Berkaitan dengan hal tersebut, Agastya diidentikkan dengan Rakai Walaing Pu Kumbhayoni yang disebut dalam Prasasti Pereng (863 M). Prasasti tersebut ditemukan di kaki Plato Siwa, dan secara kebetulan di Plato tersebut juga ditemukan arca Agastya yang oleh penduduk