Lintang: -4.9975917
Bujur: 119.6604267
Leang Timpuseng pertama kali ditemukan oleh masyarakat pada tahun 1989 dan dilaporkan kepada Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara serta pada tahun 1992 dilakukan pendataan. Pada tahun 2004 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penelitian di gua ini dengan hasil data distribusi gua dan lukisan yang ada di Kawasan Karst Maros-Pangkep. Penelitian kemudian dilanjutkan pada tahun 2012-2013 bekerjasama dengan Universitas Wollongong, Australia. Selain melakukan ekskavasi di Leang Bulu Bettue dengan data pertanggalan hunian yang mencapai ratusan ribu tahun, tim juga meneliti dan mempertanggal lukisan cadas di tujuh gua. Hasil pertanggalan di salah satu gua, yaitu Leang Timpuseng sangat menakjubkan. Dua lukisan yang dipertanggal dengan metode pertanggalan uranium series ternyata berumur sangat tua. Lukisan pertama merupakan cap tangan tertua di dunia, dengan umur minimum 39.900 tahun yang lalu, sedangkan babirusa berumur minimum 35.400 tahun yang lalu. Inilah lukisan cadas tertua di dunia setelah lukisan di Gua El Castillo di wilayah Cantabria, Spanyol Utara yang berumur sekitar 40,8 tahun lalu. Penerbitannya di majalah sientifik “Natureyang sangat bergengsi menjadikan Leang Timpuseng menjadi perbincangan para ahli di lingkup internasional. Leang Timpuseng pun menjadi salah satu situs terpenting yang mengubah pandangan dunia tentang sejarah asal usul dan perkembangan lukisan gua.