Lintang: -2.1314212
Bujur: 106.1061435
Sejarah:
Tanggal 3 September 1913 Masehi, Pangkalpinang ditetapkan menjadi ibukota Keresidenan Bangka. Sebelum menjadi ibukota keresidenan Bangka, Pangkalpinang merupakan satu distrik yang dipimpin seorang administrateur distrik yang merangkap sebagai kepala pemerintahan sipil distrik atau onder afdelingen yang dikepalai oleh controlleur bernama RJ Koppenol. Pada masa ini pemerintahan kolonial Belanda masih menerapkan secara mutlak sistem sentralisasi dalam pemerintahan yaitu goweten dikepalai resident, Afdelingen dikepalai oleh asistent resident dan onder afdelingen dikepalai oleh controlleur. Sistem ini dipakai pada abad XVIII, khususnya pada periode pemerintahan VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) tahun 1722 Masehi, termasuk pada periode pemerintahan Daendeles tahun 1808 Masehi dan priode Raffles tahun 1811 Masehi. Selanjutnya dikenal pula sistem desentralisasi dalam pemerintahan Belanda di Indonesia saat diterbitkannya Desentralisasi Wet 1903, yang kemudian setelah 19 tahun diubah dengan Bestuurhervorming Wet yang mengenal tiga tingkat daerah otonom yaitu provinsi (provinsi ordonansi), kabupaten (regensche ordonansi) dan kota (staatsgmente ordonansi). Sejak Pangkalpinang menjadi Ibukota Keresidenan Bangka dengan residennya yang pertama A.J.N. Engelenberg (memerintah pada tahun 1913-1918) dan karena beban pekerjaan yang berat membangun ibukota yang baru, bahkan harus bekerja siang dan malam, maka beliau kemudian mengangkat Raden Ahmad sebagai demang pembantu residen (demang ter beschikking), dan sebagai demang pengganti untuk Pangkalpinang, kemudian diangkat Achmad bin Kaliman yang pada waktu itu menjabat sebagai Demang di Toboali. Salah satu tugas berat residen pada waktu itu adalah mempersiapkan infrastruktur pemerintahan dan kepentingan umum seperti kantor keresidenan, pembangunan rumah-rumah tempat kediaman ambtenar-ambtenar goebernemen, rumah sekolah, membuat jalan besar di luar dan di dalam kota dan mendirikan bangunan-bangunan pemerintahan serta sarana publik lainnya. Kantor residen (resident cantoor) dibangun pada sisi sebelah Timur rumah residen (residentshuis te Pangkalpinang op Bangka), atau pada sisi Utara kantor Opas, kemudian pada sisi Utara kantor residen dibangun kantor asisten residen dan kantor pengadilan (landraad). Kemudian selanjutnya pada sisi Utara rumah residen dibangun rumah asisten residen (sekarang Wisma Timah Satoe) dan pada sisi Barat rumah residen dibangun Wilhelmina Park (sekarang menjadi Tamansari) serta gedung pertemuan (societeit concordia) yang sekarang menjadi Panti Wangka, kemudian pada sisi sebelah Selatan societeit concordia dibangun ELS (Europeesce Lagere School) yang sekarang digunakan SMK Negeri 1 Pangkalpinang, dipisahkan oleh resident straat (sekarang jalan Merdeka). Sangat disayangkan beberapa kantor seperti kantor Residen Bangka dan kantor Asisten Residen Bangka yang dibangun masa residen pertama AJN. Engelenberg yang berada dalam kawasan yang kita sebut dengan “cluster Eropadan kawasan “civic centredi pulau Bangka, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan dan terbengkalai (tidak terpakai), Secara berurutan Residen Bangka yang memerintah di Pangkalpinang dan berkantor di kantor residen (resident cantoor) yang sekarang terletak di Jalan Jendral Sudirman, kelurahan Opas Indah yaitu, residen A.J.N. Engelenberg (memerintah pada tahun 1913-1918 Masehi) yang kemudian digantikan oleh Doornik W (memerintah pada tahun 1918-1923 Masehi). Pada masa Doornik W, fasilitas pelayanan umum di pulau Bangka bertambah dengan dibangunnya balai pengobatan bagi karyawan Banka Tin Winning Bedryf (BTW) yang sekarang menjadi Rumah Sakit Bakti Timah ((Hoofdgebouw van Het ziekenhius van de Bangkatinwinning te Pangkalpinang) pada tahun 1920. Residen Doornik W kemudian digantikan oleh residen Fraser JJ (memerintah pada tahun 1923-1925 Masehi). Pada masa residen Fraser JJ di pulau Bangka didirikan beberapa bioskop, pabrik es dan restoran kutub utara. Residen Fraser JJ digantikan oleh J.E. Edie (memerintah pada tahun 1925-1928 Masehi). Pada masa residen J.E Edie sarana kepentingan publik di pulau Bangka bertambah dengan dibangunnya perusahan air minum dan berbagai fasilitasnya di gunung Mangkoel untuk melayani kebutuhan 11.970 pelanggan penduduk Kota Pangkalpinang pada waktu itu, serta dengan dibangunnya Kerkeraad der Protestansche Gemeente to Pangkalpinang yang kemudian menjadi GPIB Maranatha pada tahun 1927. Residen J.E Edie kemudian digantikan oleh Haze Winkelman WD yang memerintah hanya selama tiga bulan pada tahun 1928 Masehi dan kemudian digantikan oleh Hooyer DG (memerintah pada tahun 1928-1931 Masehi). Pada masa Hooyer DG pembangunan fasilitas air minum dilaksanakan oleh Toko Lindeteves Stokvis Betawi. Setelah pemerintahan Hooyer DG yang menjadi residen Bangka adalah Starhamer HM (memerintah pada tahun 1931-1934 Masehi). Pada masa Residen Starhamer HM, Pangkalpinang ditetapkan sebagai ibukota Keresidenan Bangka dan Belitung atas dasar ordonansi tanggal 2 Desember 1933, Stbl. Nomor 565. Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan menjadi Residentie en derherichgheiden dengan pulau utama Bangka sebagai residen dan pulau Belitung beserta pulau pulau kecil lainnya sebagai onder afdelingen yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Kantor residenpun kemudian diubah menjadi kantor keresidenan Bangka Belitung. Pada masa residen Starhamer HM fasilitas publik kembali bertambah dengan didirikannya Post en Telegraafdienst di Pangkalpinang yang terletak di sisi Utara rumah asisten residen. Residen Starhamer, HM menjadi residen hingga tahun 1934 dan kemudian digantikan oleh Residen Mann, CJ yang memerintah hingga pecahnya Perang Dunia Kedua. Pada masa pemerintahan Residen Mann, CJ, masyarakat Tuatunu mulai mendirikan Masjid Al Mukarrom pada tahun 1928. Kemudian masyarakat Tuatunu yang pindah ke Kampung Dalam Pangkalpinang mendirikan sebuah masjid yang kemudian diberi nama Masjid Jamik, pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1936. Pada masa pemerintahan Residen Mann, CJ juga terjadi perkembangan besar pada agama Katolik di Pangkalpinang, yaitu pada tanggal 24 Mei 1931, para Pastor agama Katolik mulai pindah dari Sambong ke Pangkalpinang untuk menempati Kapel sementara (letaknya sekarang di kompleks SD Budi Mulia). Pada mulanya pusat misi gereja di Pulau Bangka berawal di Sungai Selan pada tahun 1853 kemudian di pindahkan ke Sambong (sekitar 8 km dari Pangkalpinang) dan selanjutnya pada tahun 1913 dipindahkan ke Pangkalpinang. Pada masa pemerintahan Residen Mann, CJ juga mulai dibangun kompleks perkuburan Cina Sentosa Pangkalpinang pada tahun 1935 dan masyarakat yang tinggal di sekitar gemeente Gabek pada tahun 1940 mulai merehab Surau Assa’adah yang sekarang terletak dipertigaan lampu merah Gabek. Pada saat berkecamuknya Perang Dunia Kedua, Keresidenan Bangka Belitung dipimpin oleh Residen P. Brouwer hingga pulau Bangka dan pulau Belitung diduduki bala tentara Jepang. Setelah masa kemerdekaan, residen Bangka Belitung yang memerintah di Pangkalpinang yaitu Masjarif Datuk Bendaharolelo dan R. Soemarjo. Sejak ditetapkannya pulau Bangka menjadi kabupaten yang terdiri atas 5 (lima) kewedanaan dan 13 (tiga belas) kecamatan, kantor residen (resident cantoor) Bangka Belitung dijadikan sebagai kantor Bupati Bangka dari tanggal 22 April 1950 sampai dengan tanggal 13 Mei 1971. Ibukota Kabupaten Bangka pada masa ini masih berada di Pangkalpinang dan Bupati Bangka berkantor di Kantor Residen Bangka Belitung sampai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 12, tanggal 19 Februari 1971, ketika ibukota Kabupaten Bangka dipindahkan dari Pangkalpinang ke Sungailiat. Pemindahan ibukota Kabupaten Bangka dari Pangkalpinang ke Sungailiat, peresmiannya dilaksanakan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada tanggal 13 Mei 1971. Kantor Pemkab Bangka kemudian menempati gedung Pusat SLA di Parit Padang yang dibangun oleh Bupati Ahmad Rasjidi Hamzah dan diteruskan oleh Bupati Syafri Rachman. Kantor bupati Bangka sekarang yang terletak di Jalan A Yani jalur dua Sungailiat dibangun oleh Bupati Bustan Halik. Kantor residen Bangka Belitung juga pernah dijadikan sebagai kantor Pembantu Gubernur Sumatera Selatan untuk wilayah Bangka Belitung. Tercatat beberapa Pembantu Gubernur Sumsel yang pernah berkantor disini yaitu; H. Cholil Aziz, SH, Drs. Ibrahim Shomad, Drs. Zamzami Achmad, Nang Ali Solihin, SH. Kemudian yang terpenting bagi kita bahwa kantor residen Bangka Belitung juga pernah dijadikan sebagai kantor sementara Gubernur Kepulauan Bangka Belitung pada saat provinsi ini baru dibentuk, terutama pada masa Pj. Gubernur Bangka Belitung dijabat oleh bapak Amur Muchasim,SH. Sementara itu kantor asisten residen yang terletak di sisi Utara kantor residen atau pada sisi Utara Jalan Raden Abdullah pernah dijadikan sebagai Mess Pemkab Bangka dan pada tahun 1970 diubah fungsinya menjadi Hotel Karya Bakti 1 dan dikelola oleh Yayasan Karya Bakti. Sangat disayangkan sekali kantor asisten residen sekarang sudah dialih fungsikan oleh pemkab Bangka sebagai tempat bisnis milik pribadi. Mudah-mudahan kejadian ini tidak terjadi pada kantor residen (resident cantoor) Bangka Belitung karena kantor ini penuh dengan kenangan dan peristiwa sejarah serta menyangkut memori kolektif masyarakat dan pemerintahan di Bangka Belitung yang kita cintai, semoga.
Deskripsi:
Bangunan kolonial berbentuk kantor dengan dinding terbuat dari bata dilengkapi selasar pada bagian muka bangunan. Beratap genteng terdiri dari 4 bagian bangunan utama yang menghadap ke arah Barat . Memiliki banyak jendela dan pintu dengan bentuk bangunan melingkar serta memiliki ruang terbuka di tengah bangunan.