Lintang: -6.0706300
Bujur: 105.8902750
Cikoneng dalam bahasa Sunda berarti air yang berwarna kuning. Masyarakat menamakan demikian karena air yang mengalir dari Bukit Kadu Dago tidak pernah jernih dan selalu tampak kuning. Masyarakat di sekitar masjid Cikoneng meyakini bahwa pendirian masjid bersama dengan upaya 4- utusan dari kerajaan Tulang Bawang yang menyebarkan Islam ke Banten. Berdasarkan informasi dari narasumber, keberadaan komunitas orang-orang Lampung, khususnya dari Maulana Hasanuddin (1552-157-). Maulana Hasanuddin mempunyai ikatan emosional dengan masyarakat Lampung, khususnya dari kerajaan Tulang Bawang. Ia meminta bantuan bala tentara kerajaan Tulang Bawang untuk membantu menyebarluaskan agama Islam di Banten. Upaya ini terwujud ketika kerajaan Tulang Bawang mengirim 4- utusan dari sembilan buay (marga). Demi kelancaran, diangkatlah Minaksengaji untuk menjadi salah satu Adipati di Banten dengan wilayah kekuasaan Banten Barat berpusat di Cikoneng. Pada awalnya Minaksengaji bersama 4- utusan tersebut tinggal di Alas Sirih, pindah ke Alas Priok, dan akhirnya menetap di Cikoneng. Dalam salah satu naskah yang masih tersimpan di Kuripan Lampung Selatan disebutkan bahwa pada saat dikirim 4- utusan, Maulana Hasanuddin melakukan kesepakatan dengan Ratu Dara Putih, penguasa kerajaan Tulang Bawang. Dalam kesepakatan yang ditulis di atas dalong (tembaga), salah satunya menyatakan bahwa jika orang-orang Banten mempunyai masalah maka orang-orang Lampung akan memberi bantuan, begitu juga sebaliknya. Sejak itu utusan kerajaan dari Tulang Bawang berada di tanah Banten dan mendirikan bangunan masjid yang kemudian hari diberi nama masjid daarul falah Cikoneng.